STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BUDIDAYA JAHE MERAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BUDIDAYA JAHE MERAH
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKszje-GJdRaLn5TPxVHW_HdZDuX-tOgT7E_JbDzuLlVaVsVQF1TpZNaH_wVjWokVYIOwqxSMONwvHe9Sfnaby6LVRHlzuQBLtOx_lGMpWPNIGspNDYHbbEYCEH6N7WSAW1cyqm2CN5Q/s72-w299-c-h299/WhatsApp+Image+2021-07-22+at+15.26.35.jpeg

 

 

                                                STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BUDIDAYA JAHE MERAH

  GANESA GROUP

 

Otih Rostiana, Nurliani Bermawie, dan Mono Rahardjo

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

PENDAHULUAN

 


Jahe
(Zingiber officinale Rosc.; Ginger) merupakan salah satu komoditas ekspor rempah-rempah Indonesia. Disamping itu, jahe juga menjadi bahan baku obat tradisional maupun fitofarmaka, yang memberikan peranan cukup berarti dalam penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor, produk dikemas berupa jahe segar, asinan (jahe putih besar), jahe kering (jahe putih besar, kecil dan jahe merah), maupun minyak atsiri dari jahe putih kecil (jahe emprit) dan jahe merah. Volume permintaan terhadap produk jahe terus meningkat seiring dengan naiknya permintaan dunia dan berkembangnya industri makanan dan minuman di dalam negeri yang menggunakan bahan baku jahe. Pada tahun 1998, ekspor jahe Indonesia mencapai 32.807 ton dengan nilai nominal US $ 9.286.161, namun pada tahun 2003 ekspor jahe hanya sekitar 7.470 ton dengan nilai US $ 3.930.317, karena mutu yang tidak memenuhi standar. Permintaan jahe terus mengalami peningkatan setiap tahun. Di Indonesia, kondisi ini direspon dengan makin berkembangnya areal penanaman dan munculnya berbagai produk jahe.

Pengembangan jahe skala luas sampai saat ini perlu didukung dengan upaya pembudidayaannya secara optimal dan berkesinam- bungan. Untuk mencapai tingkat keberhasilan budidaya yang optimal diperlukan bahan tanaman dengan jaminan produksi dan mutu yang baik serta stabil dengan cara menerapkan budidaya anjuran. Adanya penolakan ekspor jahe Indonesia di negara tujuan terutama Jepang karena tingginya cemaran mikroorganisme, mengakibatkan anjloknya pendapatan petani jahe. Hal ini perlu segera diantisipasi dengan menerapkan budidaya anjuran terbaik diantaranya dengan penggunaan bahan tanaman sehat yang berasal dari varietas unggul yang terseleksi. Selain itu, karena kualitas simplisia bahan baku industri hilir ditentukan oleh proses budidaya dan pascapanennya, maka pembakuan standar prosedur operasional (SPO) budidaya jahe dibuat guna mendukung GAP (Good Agricultural Practices).

 

 

 

 

 

 

1


Related product you might see:

Share this product :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. GANESA GROUP - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger